لا إله إلا الله


Hari itu merupakan salah satu hari yang berat baginya. Pulang dengan keadaan lemah dan melihat semua tempat ditutup dengan rapat. Kau mungkin bisa saja masuk melalui celah-celah kayu itu, tetapi kau juga harus siap tergores tajamnya paku. Kau masih berusaha berfikir positif. Kau sendiri. Keluar tanpa izin tak diperbolehkan. Tak ada satupun suara manusia. Namun, kau masih punya Allah. Menangis, menangis, sepanjang hari. Berbohong, berbohong untuk dapat bisa keluar mencari kebutuhan diri. Seketika Allah ingatkannya dengan surah Al-Baqarah ayat 155. Seketika Allah ingatkannya dengan mereka para saudara se-iman di tanah Yaman, Suriah, dan Palestine. Seketika Allah ingatkannya dengan alam kubur. Seketika nafasnya hampir melewatinya. Dia merasa kematian itu saat ini sangat dekat, makin mendekat, dan semakin dekat. Nafasnya tidak teratur. Dalam hatinya ia berkata “Ya Rabb, apakah keadaanku saat ini sedang dalam mencintai-Mu sedalam-dalamnya? Ku rasa cintaku pada-Mu belum seperti yang aku inginkan. Aku masih berusaha Ya Rabb. Apakah Kau akan mengambilku dalam keadaan seperti ini? Aku akan menyusahkan banyak orang”. Namun, tak ada perubahan dari apa yang ia rasakan, justru semakin sesak, panik dan tak karuan lagi. Ia pun kembali berkata dalam hati “Jika memang ini adalah waktuku, maka permudahkanlah lidah dan hatiku untuk menyebut dan mendalami kalimat tauhid-Mu.

Laa ilaaha illallah
Sesak itu masih ia rasakan.
Laa ilaaha illallah
Cahaya matanya mulai redup.
Laa ilaaha illallah.
Matanya tertutup, jantungnya masih berdetak tak karuan.
Laa ilaaha illallah.
Terus ia sebut kalimat tauhid itu sampai akhirnya dunia tak ia rasakan lagi............................................................................................................................................................

“Jikalau aku tidak ingat dengan kalimat Laa ilaaha illallah, mungkin aku sudah tidak ada di sini.”

Komentar